Minggu, 25 Agustus 2013

Pengobatan Hipertensi secara kreatif dengan berbasis evidence based medicine



Hipertensi merupakan kondisi medis kronis dengan tekanan darah diarteri meningkat.
Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran
-          Sistolik 100 – 140 mmHG
-          Diastolik 60 – 90 mmHG
Klasifikasi tekanan darah
 
Hipertensi sering disebut “silent killer” (pembunuh diam-diam) biasanya tidak ada gejala, dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.
Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang bermakna.
Evaluasi hipertensi
1. Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko.
2. Mencari penyebab tekanan darah tinggi.
3. Menetukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular.

Penatalaksanaan Terapi Hipertensi
1. Motivasi diri
Keinginan yang kuat untuk sembuh dari suatu penyakit sangatlah besar persentasenya antara 10% - 40%. Saat ditanya kepada pasien yang menderita penyakit hipertensi, apakah Bapak/Ibu ingin penyakitnya sembuh, jika jawababnya “ YA SAYA INGIN SEHAT (apa yang saya lakukan) “ maka 10 % penyakitnya akan sembuh karena pikiran bawah sadarnya akan memacu dirinya untuk lebih bersemangat menjalani hidup sehingga penyakit pun sulit untuk masuk, keinginan untuk sembuh ini bahkan bisa mencapai 50 % keberhasilannya. Jika seorang pasien tidak mempunyai keinginan untuk sembuh bahkan cenderung tidak perhatian dengan penyakitnya, obat semahal apapun tidak bisa mengobatinya, bahkan sia-sia saja. Motivasi itulah kunci yang pertama untuk mengobati suatu penyakit.

2. Menerapkan gaya hidup sehat ( Life Stile )
Keinginan untuk sembuh saja tidaklah cukup tetapi haruslah menerapkan gaya hidup sehat yaitu dengan cara :
a.       Menjaga berat badan normal ( misalnya ideks massa tubuh 20-25 kg/m2
b.      Mengurangi asupan diet (yang mengandung Natrium sampai < 100 mmol/hari )
c.       Melakukan Olah raga secara teratur, misalnya jalan cepat ( ≥ 30 menit /hari)
d.      Mengkonsumsi makanan yang kaya buah dan sayur ( sedikitnya 5porsi /hari)
e.       Batasi konsumsi alkohol dan Berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan.
Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat anti hipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil yang lebih baik.
3. Terapi Secara Farmakologi
            Setelah keyakinan dan modifikasi gaya hidup sudah dilakukan jika belum bisa mencapai tekaanan darah yang normal, Maka baru menggunakan pengobatan secara farmakologi secara Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit .
Obat-obat yang paling berguna untuk penyakit hipertensi adalah
   A.      Diuretik,
Bekerja pada ginjal untuk mengeluarkan kelebihan garam dari darah. Hal ini menaikkan aliran urin dan keinginan untuk urinasi, sehingga menurunkan jumlah air dalam tubuh – membantu menurunkan tekanan darah.
Contoh :
   A.    Diuretik Tiazid : Hidroklortiazid.
   B.     Diuretik Loop : Furosemide (Farsix®).
   C.     Hemat Kalium : Spirinolakton (Carpiaton®)
Catatan : Pemberian pagi hari untuk menghindari diuresis pada malam hari.

   B.     Penghambat enzim konversi angiotensin / Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor:
Obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi dengan mencegah tubuh membuat hormone angiotensin II – hormon ini menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang dapat menaikkan tekanan darah. ACE inhibitor membiarkan pembuluh darah melebar dan membiarkan lebih banyak darah mengalir ke jantung, sehingga menurunkan tekanan darah.
Contoh : Captopril (Dexacap®),
Lisinopril (Nopertan®),
Ramipril (Ramixal®),
Imidapril (Tanapres®),
Peridopril (Bioprexum®).      
Catatan : Efek samping batuk kering yang sering dijumpai pada penggunaan ACE inhibitor

   C.     Penghambat reseptor angiotensin (ARB),
Angitensinogen II dihasilkan dengan melibatkan dua jalur enzim: RAAS (Renin Angiotensin Aldosterone System) yang melibatkan ACE, dan jalan alternatif yang menggunakan enzim lain seperti chymase ACEI hanya menghambat efek angiotensinogen yang dihasilkan melalui RAAS, dimana ARB menghambat angiotensinogen II dari semua jalan. Oleh karena perbedaam ini, ACEI hanya menghambat sebagian dari efek angiotensinogen II. ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensinogen II tipe 1 (AT1) yang memediasi efek angiotensinogen II yang sudah diketahui pada manusia: vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan konstriksi arteriol efferen dari glomerulus. ARB tidak memblok reseptor angiotensinogen tipe 2 (AT2). Jadi efek yang menguntungkan dari stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel) tetap utuh dengan penggunaan ARB.

Contoh : Candesartan (canderin®),
Irbesartan (Irverbal®),
Olmesartan (Olmetec®),
Telmisartan (micardis®),
Valsartan,
Lorasartan.

   D.    Beta-blocker (penyekat beta):
Salah satu obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi, nyeri dada, dan detak jantung yang tidak teratur, dan membantu mencegah serangan jantung berikutnya. Penyekat beta bekerja dengan memblok efek adrenalin pada berbagai bagian tubuh. Bekerja pada jantung untuk meringankan stress sehingga jantung memerlukan lebih sedikit darah dan oksigen,  meringankan kerja jantung sehingga menurunkan tekanan darah.
Contoh : Atenolol (Tensinorm®).
            Bisoprolol (Concor®),
            Propanolol (Farmadrol®),
            Timolol


   E.     Calcium channel blocker = CCB (Antagonis kalsium):
Obat penurun tekanan darah yang memperlambat pergerakan kalsium ke dalam sel jantung dan dinding arteri (pembuluh darah yang ,membawa darah dari jantung ke jaringan) – sehingga arteri menjadi relax dan menurunkan tekanan dan aliran darah di jantung.
Contoh : Amlodipin (Norvaks®)
            Nipedipin (Adalat Oros®)
            Nimodipin (Nimotop®)
            Nikardipin (Tensilo®)
            Diltiazem (Herbesser CD®),
            Verapamil (Vemil®)

Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. 

Itulah Pengobatan Hipertensi secara kreatif dengan berbasis evidence based medicine, semoga bermanfaat.