Hipertensi merupakan kondisi medis
kronis dengan tekanan darah diarteri meningkat.
Tekanan darah normal pada saat
istirahat adalah dalam kisaran
-
Sistolik 100 – 140 mmHG
-
Diastolik 60 – 90 mmHG
Hipertensi sering disebut “silent
killer” (pembunuh diam-diam) biasanya tidak ada gejala, dengan meningkatnya
tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ
vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.
Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti
pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat
hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang
bermakna.
Evaluasi
hipertensi
1.
Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko.
2.
Mencari penyebab tekanan darah tinggi.
3.
Menetukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular.
Penatalaksanaan Terapi Hipertensi
1. Motivasi diri
Keinginan yang kuat untuk sembuh
dari suatu penyakit sangatlah besar persentasenya antara 10% - 40%. Saat
ditanya kepada pasien yang menderita penyakit hipertensi, apakah Bapak/Ibu
ingin penyakitnya sembuh, jika jawababnya “ YA SAYA INGIN SEHAT (apa yang saya
lakukan) “ maka 10 % penyakitnya akan sembuh karena pikiran bawah sadarnya akan
memacu dirinya untuk lebih bersemangat menjalani hidup sehingga penyakit pun
sulit untuk masuk, keinginan untuk sembuh ini bahkan bisa mencapai 50 %
keberhasilannya. Jika seorang pasien tidak mempunyai keinginan untuk sembuh
bahkan cenderung tidak perhatian dengan penyakitnya, obat semahal apapun tidak
bisa mengobatinya, bahkan sia-sia saja. Motivasi itulah kunci yang pertama
untuk mengobati suatu penyakit.
2. Menerapkan gaya hidup sehat ( Life Stile )
Keinginan
untuk sembuh saja tidaklah cukup tetapi haruslah menerapkan gaya hidup sehat
yaitu dengan cara :
a.
Menjaga berat badan normal ( misalnya ideks massa
tubuh 20-25 kg/m2
b.
Mengurangi asupan diet (yang mengandung Natrium sampai
< 100 mmol/hari )
c.
Melakukan Olah raga secara teratur, misalnya jalan
cepat ( ≥ 30 menit /hari)
d.
Mengkonsumsi makanan yang kaya buah dan sayur (
sedikitnya 5porsi /hari)
e.
Batasi konsumsi alkohol dan Berhenti
merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan.
Perubahan gaya hidup yang efektif
dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat anti
hipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan
hasil yang lebih baik.
3. Terapi Secara Farmakologi
Setelah
keyakinan dan modifikasi gaya hidup sudah dilakukan jika belum bisa mencapai tekaanan
darah yang normal, Maka baru menggunakan pengobatan secara farmakologi secara Evidence-based
medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam
mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap
masing-masing pasien dan/atau penyakit .
Obat-obat yang paling berguna untuk
penyakit hipertensi adalah
A.
Diuretik,
Bekerja
pada ginjal untuk mengeluarkan kelebihan garam dari darah. Hal ini menaikkan
aliran urin dan keinginan untuk urinasi, sehingga menurunkan jumlah air dalam
tubuh – membantu menurunkan tekanan darah.
Contoh :
A.
Diuretik Tiazid : Hidroklortiazid.
B. Diuretik
Loop : Furosemide (Farsix®).
C.
Hemat Kalium : Spirinolakton (Carpiaton®)
Catatan : Pemberian pagi hari untuk menghindari
diuresis pada malam hari.
B.
Penghambat enzim konversi angiotensin / Angiotensin
converting enzyme (ACE) inhibitor:
Obat yang
digunakan untuk mengobati hipertensi dengan mencegah tubuh membuat hormone
angiotensin II – hormon ini menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang dapat
menaikkan tekanan darah. ACE inhibitor membiarkan pembuluh darah melebar dan membiarkan
lebih banyak darah mengalir ke jantung, sehingga menurunkan tekanan darah.
Contoh : Captopril (Dexacap®),
Lisinopril (Nopertan®),
Ramipril (Ramixal®),
Imidapril (Tanapres®),
Peridopril (Bioprexum®).
Catatan : Efek samping batuk kering
yang sering dijumpai pada penggunaan ACE inhibitor
C.
Penghambat reseptor angiotensin (ARB),
Angitensinogen
II dihasilkan dengan melibatkan dua jalur enzim: RAAS (Renin Angiotensin
Aldosterone System) yang melibatkan ACE, dan jalan alternatif yang menggunakan
enzim lain seperti chymase ACEI hanya menghambat efek angiotensinogen yang
dihasilkan melalui RAAS, dimana ARB menghambat angiotensinogen II dari semua
jalan. Oleh karena perbedaam ini, ACEI hanya menghambat sebagian dari efek
angiotensinogen II. ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensinogen II
tipe 1 (AT1) yang memediasi efek angiotensinogen II yang sudah diketahui pada
manusia: vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan
hormon antidiuretik dan konstriksi arteriol efferen dari glomerulus. ARB tidak
memblok reseptor angiotensinogen tipe 2 (AT2). Jadi efek yang menguntungkan
dari stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan
sel) tetap utuh dengan penggunaan ARB.
Contoh : Candesartan (canderin®),
Irbesartan (Irverbal®),
Olmesartan (Olmetec®),
Telmisartan (micardis®),
Valsartan,
Lorasartan.
D.
Beta-blocker (penyekat beta):
Salah
satu obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi, nyeri dada, dan detak
jantung yang tidak teratur, dan membantu mencegah serangan jantung berikutnya.
Penyekat beta bekerja dengan memblok efek adrenalin pada berbagai bagian tubuh.
Bekerja pada jantung untuk meringankan stress sehingga jantung memerlukan lebih
sedikit darah dan oksigen, meringankan
kerja jantung sehingga menurunkan tekanan darah.
Contoh : Atenolol (Tensinorm®).
Bisoprolol (Concor®),
Propanolol (Farmadrol®),
Timolol
E. Calcium
channel blocker = CCB (Antagonis kalsium):
Obat penurun tekanan darah yang
memperlambat pergerakan kalsium ke dalam sel jantung dan dinding arteri (pembuluh
darah yang ,membawa darah dari jantung ke jaringan) – sehingga arteri menjadi
relax dan menurunkan tekanan dan aliran darah di jantung.
Contoh : Amlodipin (Norvaks®)
Nipedipin (Adalat Oros®)
Nimodipin (Nimotop®)
Nikardipin (Tensilo®)
Diltiazem (Herbesser CD®),
Verapamil (Vemil®)
Kebanyakan pasien dengan hipertensi
memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan
darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai
apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan
darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat.
Itulah Pengobatan Hipertensi secara
kreatif dengan berbasis evidence based medicine, semoga bermanfaat.