Selasa, 27 Desember 2011

PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT HATI

PENDAHULUAN
.1. Latar Belakang
Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis
h
meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi
l-
sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat. Oleh ka
a
itu sampai batas tertentu, hati dapat mempertahankan fungsinya bila t
di
Sehubungan dengan upaya untu katkan pemahaman apoteker tersebut
diatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik perlu menyusun buku saku
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati.
.2. Tujuan
Buku saku ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman apoteker tentang
k mening
1
Tujuan Umum Buku saku ini digunakan sebagai acuan bagi apoteker dalam rangka menjalankan praktek Pharmaceutical Care (Pelayanan Kefarmasian). untuk penderita penyakit hati Tujuan Khusus
penatalaksanaan penyakit hati.
BAB II PENATALAKSANAAN PENYAKIT HATI
2
Hati m
rata-rata 1,2–1
terjadi pengaturan metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks dan juga proses-proses penting lainnya bagi kehidupan, seperti penyimpanan energi, pem
Gangguan fungsi hati seringkali dihubungkan dengan beberapa penyakit hati tertentu. Beberapa pendapat
a
b
g
p
p
b
B
1
2
3
4
5
2.2. Klasifikasi Penyakit Hati
Penyakit hati ut beberapa macam
penyakit hati yang sering ditemukan, yaitu:
ian menjadi kanker
hati (hepatitis B dan C).
dibedakan menjadi berbagai jenis, berik
1. Hepatitis
Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis terdiri dari beberapa jenis : hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Hepatitis A, B dan C adalah yang paling banyak ditemukan. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A), kronik (hepatitis B dan C) ataupun kemud
Tabel 1 memperlihatkan perbandingan virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C Hepatitis D Hepatitis E kubasi enularan 2-4 minggu - Fekal-oral -Jarang terjadi melalui darah/seks 1-6 bulan - Darah - Seksual - Perinatal 2 minggu – 6 bulan -Sporadik -Seksual : sering pada penderita yang berganti-ganti pasangan - Perinatal : tak 3 minggu – 3 bulan - Darah - Seksual 3-6 minggu - Fekal-oral -Kontaminasi makanan
mpok erisiko - Penitipan anak -Pecandu obat -Homoseksual -Pecandu obat -Tenaga
4.Diagnosis IgM Anti HAV -Tenaga Kesehatan -Resipien darah IgM Anti-HBc Kesehatan -Resipien darah hepatitis B endemik
akut HBs Ag
5
.Diagnosis Anti-HBc total HCV Ab HD
kroni HBs Ag Tabel 1. Perbandingan Virus Hepatitis
a
) Hepatitis A Termasuk klasifikasi virus dengan transmisi secara enterik. Tidak memiliki selubung dan tahan terhadap ca
(single stranded), mo
klasifikasi hepatovirus. Menginfeksi dan berreplikasi pada primata non-manusia dan galur sel manusia.
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Penderita hepatitis A akan menjadi kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak akan berlanjut menjadi kronik.
Masa inkubasi 15–50 hari, (rata-rata 30 hari). Tersebar di seluruh d
laran terja
elalui ma
atau minu
yang terk
p
derita hep
is A, mi
makan buah-bu
ahan atau sa
yur yang
ba
yang proset penitipa
snya ter
inasi. Faktor ri atau batita, ins
siko lain
iputi : temp
/p
erawat
titusi un
v
elopment
da vaksin
titis A yang m
b)
uk yang paling sering ditemu
be
rlangsung s
Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh sempurna dan mempunyai kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan.
Sebanyak 1–5% penderita dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi akan berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten. Orang tersebut akan terus-menerus me
s
Dapat terjadi lewat jarum suntik, pisau, tato, tindik, akupunktur atau penggunaan sikat gigi bersama yang terkontaminasi, transfusi darah, penderita hemodialisis dan gigitan manusia. Hepatitis B sangat berisiko bagi pecandu narkotika dan orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
G
kadang timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning yang didahului dengan urin berwarna gelap. Gatal-gatal di kulit, biasanya ringan dan sementara. Jarang ditemukan demam. Untuk mencegah penularan hepatitis B adalah dengan imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang baru lahir, menghindari hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, hindari penyalahgunaan obat dan pemakaian bersama jarum suntik. Menghindari pemakaian bersama sikat gigi atau alat cukur, dan memastikan alat suci hama bila ingin bertato meluba
tu
Hepatitis C Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bi
s
Pe
nyakit ini s
kesehatan utama di Amerika Serikat, baik dalam segi mortalitas, maupun segi finansial. Biasanya orang-orang yang menderita penyakit hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini, karena memang tidak ada gejala
g
Gejala yang biasa dirasakan antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau hilangnya selera makan.
d)
e) E
Gejala mirip hepatitis A, demam, pegal linu, lelah, hilang nafsu makan dan
f) Hepatitis F
g)
Tidak menyebabkan hepatitis fulminan atau hepatitis kronik.
enularan melalui transfusi darah dan jarum suntik.
2. Sirosis H
Setelah
memben
hati lebih
parut terb i menyatu, dalam tahap selanjutnya disebut "sirosis". Pada
sirosis, area hati yang rusak dapat menjadi permanen dan menjadi sikatriks. Darah
tidak dap
menciut,
Sirosis h
perlemak mbatan saluran empedu.
Hepatitis D Virus Hepatitis D (HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yakni virus RNA yang tidak lengkap, memerlukan keberadaan virus hepatitis B untuk ekspresi dan patogenisitasnya, tetapi tidak untuk replikasinya. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau sangat progresif. Hepatitis
sakit perut. Penyakit ini akan sembuh sendiri (self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan hepatitis E melalui air yang terkontaminasi feces.
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Hepatitis G Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C.
P
ati terjadi peradangan dan bengkak, hati mencoba memperbaiki dengan tuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut "fibrosis" yang membuat sulit melakukan fungsinya. Sewaktu kerusakan berjalan, semakin banyak entuk dan mula
at mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak dan hati mulai serta menjadi keras. ati dapat terjadi karena virus Hepatitis B dan C yang berkelanjutan, alkohol, an hati atau penyakit lain yang menyebabkan su
Si
rosis tidak dapat dise
jadi seperti muntah dan keluar darah pada feses, mata kuning serta koma m. aan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya sirosis hati adalah aan enzim SGOT-SGPT, waktu protrombin dan protein (Albumin–Globulin) resis (rasio Albumin-Globulin terbali
.
Kanker Hati
hati yang banyak terjadi adalah Hepatocellular carcinoma (HCC). HCC an komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis, terutama sirosis yang arena virus hepatitis B, C dan hemochromatosis. Pemeriksaan yang untuk mendeteksi terjadinya kanker hati adalah AFP dan PIV
.
Perlemakan Hati
an hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5% dari berat hati atau i lebih dari separuh jaringan sel hati. Perlemakan hati in
me
ngkonsumsi alkohol
rena alkohol, disebut NASH (Non Alcoholic Steatohepatitis). Pemeriksaan kukan pada kasus perlemakan hati adalah terhadap enzim SGOT, SGPT li Fosfatase.
5.
Kolestasis da
Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan produksi dan/atau pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu, bilirubin dan kolesterol di hati. Adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen empedu pada kulit, membran mukosa d
sedangkan feses lebih terang. Biasanya gejala tersebut timbul bila kadar bilirubin total dalam darah melebihi 3 mg/dl. Pemeriksaan yang dilakukan untuk kolestasis
dan jaundice yaitu terhadap Alkali Fosfatase, Gamma GT, Bilirubin Total dan Bilirubin Direk.
6
Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan. Penyakit ini bersifat genetik atau keturunan. Pemeriksaan laborato
Abses Hati Abses hati dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Kondisi ini disebabkan karena bakteri berkembang biak dengan cepat, menimbulkan gejala demam dan menggigil. Abses yang diakibatkan karena amubiasis prosesnya berkembang
lambat. Abs
fa
tal.
Tanda-Tanda dan Gejala Klinis Adapun gejala yang menandai adanya penyakit hati adalah sebagai berikut: a) Kulit atau sklera mata berwarna kuning (ikterus). b) Badan terasa lelah atau lemah. c) Gejala-gejala menyerupai flu, misalnya demam, rasa nyeri pada seluruh tubuh. d) Kehilangan nafsu
) M
f)
Gangguan daya penge
g) Nyeri abdomen, yang dapat disertai dengan perdarahan usus. h) Tungkai dan abdomen membengkak. i) Di bawah permukaan kulit tampak pembuluh-pembuluh darah kecil, merah dan membentuk formasi laba-l
tersebut adalah tanda mungkin adanya sirosis hati. j) Darah keluar melalui muntah dan rektum (hematemesis-melena). k) Gangguan mental, biasanya pada stadium lanjut (encephalopathy hepatic). l) Demam yang persisten, menggigil dan berat badan menurun. Ketiga gejala ini mungkin menandakan adanya abses hati.
2.4
eteksi adanya kelainan patologis pada hati dapat dilakukan dengan
valuasi fungsi hati.
ratorium
1) Ultrasonography (USG)
G paling baik digunakan sebagai alat penapis untuk memperlihatkan
CT-Scan dengan kontras intravena paling baik digunakan untuk evaluasi
penyakit parenkim hati namun dapat pula digunakan untuk memeriksa
luran empedu. Dalam pemeriksaan terhadap lesi
es dan
upa kontras yang lebih baik.
ing (MRI)
tkan pembuluh
erlu menggunakan bahan kontras. Pada pemeriksaan MRI
terutama digunakan untuk mendeteksi
asukkan bahan kontras ke
anfaat jika
ng
. Perangkat Diagnostik Untuk mend
e
a.
Evaluasi labo
Biasanya meliputi beberapa pemeriksaan penapisan untuk fungsi hati. Pemeriksaan biokimiawi bisa mencakup: Enzim-enzim serum termasuk aminotransferase, alkaline phosphatase dan 5’-nukleotidase. b. Evaluasi radiographic
US
dilatasi percabangan-percabangan saluran empedu dan memperlihatkan batu empedu. Alat ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit parenkim. 2) Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
dilatasi percabangan sa
desak ruang (Space-occupying lesion/SOL) seperti misalnya abs
tu
mor, CT-Scan mempunyai keunggulan ber
3)
Magnetic Resonance Imag
MR
I mempunyai kegunaan yang serupa dengan CT-Scan.
Ke
unggulannya terletak pada kemampuannya memperliha
da
rah tanpa p
di
perlukan sikap kooperatif dari penderita.
4)
Scintigraphy hati-limpa
Me
rupakan teknik lama yang
ke
lainan penangkapan koloid yang terjadi pada disfungsi sel-sel hati. 5) Percutaneous Transhepatic Cholangiography (PTC) dan Endoscopic Retrogade Cholangio-pancreatography (ERCP) Teknik-teknik ini dilakukan dengan cara mem
da
lam percabangan saluran empedu dan paling berm
di
lakukan setelah penapisan awal dengan USG, CT-scan atau MRI ya
ha
silnya memperlihatkan kelainan pada percabangan saluran empedu.
BAB III
dokter dapat
hati sudah rusak atau belum. Bila
lebih tinggi daripada normal, menandakan hati
mu
hat
terb
maupun infeksi. Terapi penyakit hati dapat berupa :
b.
c.
d.
a.
penyakit hati adalah dengan diet
enjalankan pola hidup yang
si dengan petugas kesehatan. Tujuan terapi diet
hati
ketidaknyamanan yang
h
disfungsi hati dan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada hati.
TERAPI
3.
1. Jenis Terapi
Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati terinfeksi suatu penyakit, hati menjadi bengkak. Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke dalam darah. Dengan keadaan ini
me
mberitahukan pasien apakah
ko
nsentrasi enzim tersebut
lai rusak. Sewaktu penyakit hati berkembang, perubahan dan kerusakan i meningkat. Pengendalian atau penanggulangan penyakit hati yang aik adalah dengan terapi pencegahan agar tidak terjadi penularan
a.
Terapi tanpa obat
Terapi dengan obat Terapi dengan vaksinasi Terapi transplantasi hati Terapi tanpa obat
Te
rapi tanpa obat bagi penderita
seimbang, jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu, diperlukan diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit, m
te
ratur dan berkonsulta
pada pasien penderita penyakit hati adalah menghindari kerusakan hati yang permanen; meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan
de
ngan keluarnya protein yang memadai; memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh; mengurangi gejala
diakibatkan penyakit ini; dan pada penderita sirosis hati, mencegah komplikasi asites, varises esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut ke komplikasi hepatik hebat. Diet yang seimbang sangatlah penting. Kalori berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menamba
Jumlah kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah kalori
secara keseluruhan karena mbahayakan sistem kardiovaskular.
Selain diet yang seimbang, terapi tanpa obat ini harus disertai dengan
farmakologi lainnya seperti segera beristirahat bila merasa
n pada kasus abses hati yang disebabkan oleh infeksi
diberikan tiga kali sehari secara teratur selama tidak
Gagal pengobatan maka
e arah resistensi bakteri terhadap preparat
tersebut. Antibiotik kombinasi biasanya digunakan untuk mencegah
ang disebabkan enzim yang dihasilkan bakteri. Obat
dapat me
terapi non
lelah dan menghindari minuman beralkohol. b. Terapi dengan obat Terapi tanpa obat tidak menjamin kesembuhan, untuk itu dilakukan cara lain dengan menggunakan obat-obatan. Golongan obat yang digunakan antara lain adalah aminoglikosida, antiamuba, antimalaria, antivirus, diuretik, kolagogum, koletitolitik dan hepatik protektor dan multivitamin dengan mineral. Aminoglikosida
An
tibiotik digunaka
ba
kteri. Preparat ini
le
bih dari tujuh hari, atau sesuai anjuran dokter.
ef
eknya berkembang k
ketidakaktifan obat y
tersebut biasanya mempunyai derajat keaktifan antibakterial, tapi umumnya digunakan untuk melawan degradasi dari enzim tersebut. Antiamuba Antiamuba seperti dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline, diloxanide furoate, emetine, etofamide, metronidazole, secnidazole, teclozan, tibroquinol, tinidazole adalah preparat yang digunakan untuk amubiasis. Dengan terapi ini maka risiko terjadinya abses hati karena amuba dapat diminimalkan. Antimalaria Antimalaria, misalnya klorokuin, dapat juga digunakan untuk mengobati amubiasis. Obat ini mencegah perkembangan abses hati yang disebabkan oleh amuba. Antivirus Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk penderita hepatitis B. Virus hepatitis B membawa informasi genetik DNA. Obat ini
mempengaruhi proses replikasi DNA dan membatasi kemampuan virus hepatitis B berproliferasi. Lamivudine merupakan analog nukleosida deoxycytidine dan bekerja dengan menghambat pembentukan DNA virus hepatitis B. Pengobatan dengan lamivudine akan menghasilkan HBV DNA yang menjadi negatif pada hampir semu
HBeAg, mempertaha
terjadinya proses nekrosis-inflamasi. Lamivudine juga mengurangi kemungkinan terjadinya fibrosis dan sirosis serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kanker hati. Profil keamanan lamivudine sangat memuaskan, dimana profil keamanannya sebanding dengan plasebo. Lamivudine diber
pasien dalam
pengobatan. Oleh karenanya penggunaan lamivudine adalah rasional untuk terapi pada pasien dengan hepatitis B kronis aktif. Dalam pengobatan Anti Retroviral (ARV) pada koinfeksi hepatitis C, saat ini tersedia ARV gratis di Indonesia. ARV yang tersedia gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral (Nevirapine). Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam jumlah yang amat terbatas. Didanosine atau Stavudine tidak boleh diminum untuk penderita
sedang mend
efek samping terhadap gangguan faal hati. Zidovudine, termasuk Duviral dan Retrovir harus ketat dipantau bila digunakan bersama Ribavirin (untuk pengobatan hepatitis C), karena masing-masing
dengan pem
mengganggu faal hati. Jadi, kadar hemoglobin dan leukosit serta tes faal hati (SGOT, SGPT, bilirubin, dan lain-lain) harus dipantau ketat.
Menurut tim
menimbulkan gangguan faal hati, boleh digunakan pada penderita dengan koinfeksi hepatitis C, dengan pemantauan yang seksama.
Konsensus Paris 2005 menganjurkan pemberian Pegylated Interferon-Ribavirin selama 48 minggu. Koinfeksi dengan hepatitis C memerlukan penatalaksanaan yang lebih khusus dan komprehensif. Jenis kombinasi ARV juga perlu dipantau lebih ketat terhadap gangguan faal hati, anemia dan leukopenia. Peginterferon dan Ribavirin dalam kombinasi dengan Interferon selain bermanfaat mengatasi hepatitis C juga untuk hepatitis D. Ada juga obat-obatan yang merupakan kombinasi imunologi dan antivirus yang tampaknya dapat menekan kadar virus hepatitis C dalam darah secara lebih efektif dari pada terapi ulang dengan interferon saja. Thymosin alpha 1 adalah suatu imunomodulator yang dapat digunakan pada terapi hepatitis B kronik sebagai monoterapi atau terapi kombinasi dengan interferon.
Diuretik Diuretik tertentu, seperti Spironolactone, dapat membantu mengatasi edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa asites. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan keseimbangan elektrolit atau gangguan ginjal berat karena menyebabkan ekskresi elektrolit. Obat diuretik lain yang digunakan dalam pen
memberikan tanggapan terhadap Spironolactone. Obat lain seperti Thiazide atau Metolazone dapat bermanfaat pada keadaan tertentu. Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic protector. Golongan ini digunakan untuk melindungi hati dari kerusakan yang lebih berat akibat hepatitis dan kondisi lain. Kolagogum misalnya
p
phosphatidyl choline, silymarin dan ursodeoxycholic acid dapat digunakan pada kelainan yang disebabkan karena kongesti atau insufisiensi empedu, misalnya konstipasi biliari yang keras, ikterus dan
hepatitis ringan, dengan menstimulasi aliran empedu dari hati. Namun demikian, jangan gunakan ob
Multivitamin dengan mineral Golongan ini digunakan sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya. Biasanya penyakit hati menimbulkan gejala-gejala seperti lemah, malaise, dan lain-lain, sehingga pasien memerlukan suplemen vitamin dan mineral. Hati memainkan peranan penting dalam beberapa langkah metabolisme vitamin. Vitamin terdiri dari vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (fat-soluble
kompleks. Kekurangan vitamin
karena m
Penyimpanan vitamin B12 biasanya jauh melebihi kebutuhan tubuh; defisiensi jarang terjadi karena penyakit hati atau gagal hati. Tetapi, ketika masukan gizi makanan menurun, biasanya tubuh juga kekurangan tiamin dan folat. Biasanya suplemen oral cukup untuk mengembalikan tiamin dan
Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak tidak hanya membutuhkan asupan gizi makanan yang cukup tetapi juga pencernaan yang baik serta penyerapan yang baik oleh tubuh. Oleh sebab itu, produksi bilir
d
atau usus dibutuhkan untuk penyerapan vitamin-
dalam tubuh. Bilirubin bekerja sebagai deterjen, memecah-mecah dan melarutkan vitamin-vitamin ini agar mereka dapat diserap tubuh dengan baik. Jika produksi bilirubin buruk, suplemen oral vitamin-vitamin A, D, E, K mungkin tidak akan cukup untuk mengembalikan level vitamin ke level normal. Penggunaan larutan serupa deterjen dari vitamin E cair meningkatkan penyerapan vitamin E pada pasien dengan penyakit hati
tahap lanjut. Larutan yang sama juga dapat memperbaiki penyerapan vitamin A, D, dan K jika vitamin K diminum secara bersamaan dengan vitamin E.
Asupan vitamin A dalam jum
penumpukan jaringan sel yang mengeras, yang merupakan karakteristik penyakit hati. Tetapi penggunaan vitamin yang larut lemak ini untuk jangka panjang dan dengan dosis berlebihan dapat menyebabkan pembengkakan hati dan penyakit hati. Vitamin E dapat mencegah kerusakan pada hati dan sirosis, menurut percobaan dengan memberi suplemen vitamin E pada tikus dalam jumlah yang menin
d
vitamin E yang dilakukan sebelumnya dapat melindungi mereka baik dari kerusakan hati akut atau kronis dan sirosis. Suplemen vitamin E meningkatkan kandungan vitamin dalam tiga bagian hati dan mengurangi kerusakan oksidatif pada sel-sel hati, tetapi tidak memiliki dampak perlindungan apapun pada infiltrasi lemak hati. Sirosis juga tampak dapat dicegah dalam kelompok tikus yang diberi suplemen vitamin E. Tampaknya vitamin E memberi cukup perlindungan terhadap nekrosis akibat karbon tetraklorida dan
p
oksidatif hati. Terapi dengan Vaksinasi Interferon mempunyai sistem imun alamiah tubuh dan bertugas untuk melawan virus. Obat ini bermanfaat dalam menangani hepatitis B, C dan D. Imunoglobulin hepatitis B dapat membantu mencegah berulangnya hepatitis B setelah transplantasi hati. Interferon adalah glikoprotein yang diproduksi oleh sel-sel tertentu dan T-limfosit selama infeksi virus. Ada 3 tipe interferon manusia, yaitu interferon α, interferon β dan interferon γ; yang sejak tahun 1985 telah
diperoleh murni dengan jalan teknik rekombinan DNA. Pada proses ini, sepotong DNA dari leukosit yang mengandung gen interferon, dimasukkan
Ada juga vaksin HBV orisinil pada tahun 1982 yang berasal dari pembawa HBV, kini telah digantikan dengan vaksin mutakhir hasil rekayasa genetika dari ragi rekombinan. Vaksin mengandung partikel-partikel HBsAg yang tidak menular. Tiga
memiliki efek terhadap individu pembawa. Terapi Transplantasi Hati Transplantasi hati dewasa ini merupakan terapi yang diterima untuk kegagalan hati fulminan yang tak dapat pulih dan untuk komplikasi-komplikasi penyakit hati kronis tahap akhir. Penentuan saat transplantasi hati sangat kompleks. Para pasien dengan kegagalan hati fulminan dipertimbangkan untuk transplantasi bila terdapat tanda-tanda ensefalopati lanjut, koagulapati mencolok (waktu prothrombin 20 menit) atau hipoglikemia. Pada pasien dengan penyakit hati kronis dipertimbangkan untuk transplantasi bila terdapat komplikasi-komplikasi yang meliputi asites refrakter, peritonitis bakterial spontan, ensefalopati, perdarahan varises atau gangguan parah pada fungsi sintesis dengan koagulopati ata
Lebih dari 2000 transplantas
dua tipe utama transplantasi: 􀂃 Homotransplantasi auksilaris dimana sebuah hati ditransplantasikan di tempat lain dari hati yang sudah ada dibiarkan tetap ditempatnya. 􀂃 Transplantasi ortotopik dimana se
hati yang berhasil merupakan usaha gabungan medis dan bedah.
Masa bertahan hidup 1 tahun adalah 60-70% bagi orang dewasa dan 80% pada anak-anak. Transplantasi untuk keganasan memiliki kemungkinan keberhasilan yang lebih buruk daripada untuk penyakit jinak, karena kekambuhan penyakitnya. Transplantasi untuk gag
dapat bertahan hidup misalnya pada gagal hati fulminan akibat hepatitis non A, non B, hepatitis halotan atau keracuran Paracetamol yang disertai dengan koagulopati berat atau bilirubin >100 μmol/L, jika dilakukan sebelum terjadinya edema serebral, memiliki prognosis yang baik. Obat untuk Penyakit Hati
b. Obat untuk komplikasi si
c. Obat untuk mengatasi perlemakan hati d. Obat untuk abses hati Obat untuk Hepatitis 1. Lamivudin Indikasi : Hepatitis B kronik. Dosis : Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari. Anak usia 2 – 11 tahun : 3 mg/kg 1 x sehari (maksimum 100 mg/hari). Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah, demam, anemia, neutropenia, trombositopenia, neuropati, jarang pankreatitis. Interaksi obat : Trimetroprim
Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal berat, penderita sirosis berat, hamil dan laktasi.
Penatalaksanaan : - Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir pengobatan selama
t
ahun dan kemudian setiap 3 -6 bulan. - Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B belum diketahui, tetapi pengobatan dapat dihentikan setelah 1 tahun jika ditemu
- Pengobatan lebih lanjut 3 – 6 bulan setelah ada serokonversi HBeAg untuk mengurangi kemungkinan kambuh. - Monitoring fungsi hati selama paling sedikit 4 bulan setelah penghentian terapi dengan Lamivudine. 2. Interferon α Indikasi : Hepatitis B kronik, hepatitis C kronik Dosis : Hepatitis B kronik
SC/IM, 4,5 x 106 unit
me
nimbulkan resp
do
sis sampai dosis maksimu
Pe
rtahankan dosis minimum terapi se
ke
adaan intoleran.
b.Interferon α-2b
SC, 3 x 10
seminggu setelah 1 bulan
rendah
selama 4-6 bulan kecuali dalam keadaan into
Hepatitis C kronik
Gunakan bersama Ribavirin (kecuali kontraindikasi). Kombinasi Interferon α dengan Ribavirin lebih efektif.
a. Interferon α-2a dan α-2b SC, 3 x 106 unit 3 x se
Hepatitis C RNA dan jika pasien memberikan respon, lanjutkan selama 6-12 bulan.
b. Peginterferon α
S
C, 180 μg 1 x seminggu c.Peginterferon α-2b
S
C, 0,5 μg/kg (1 μg/kg digunakan untuk infeksi genotip 1) 1 x seminggu.
Penatalaksanaan : • Peginterferon α-2a dengan Ribavirin untuk infeksi

Peginterferon α dengan Ribavirin, Interferon α dengan Ribavirin untuk infeksi genotip 2 dan 3.
terhadap R
• Peginterferon α tunggal : tes Hepatitis C R
jika
tidak ada respon
• Tes Hepatitis
untuk melihat respon. virin dengan Interferon si : Hepatitis C kronik pada pasien penyakit hati >18 tahun yang alami kegagalan de
u α-2b.
irin dengan Peginterferon α-2a atau α-2b Hepatitis C kronik pada pasien > 18 tahun yang mengalami relaps h mendapat terapi dengan Interferon α. aindikasi :
iliki anak kandung, mempunyai reaksi alergi terhadap Ribavirin, kit jantung berat 6 bulan yang lalu, haemoglobinopathy
it atau riwayat kondisi psikiatrik berat, terutama depresi, keinginan a upaya bunuh diri. ian :
ta subur dan pria har
bulan sesudahnya, tes ha
i. Lakukan tes darah
t penyakit paru atau diabetes mellitus yang cenderung idosis, gang
jant kard infark dan gangguan aritmia. Dapat
ung kongestif, mio
m
enimbulkan kekambuhan penyakit psoriasis.
Efek Samping : Hemolisis, anemia, neutropenia, mulut kering, hiperhidrosis, asthe
l
emah, demam, sakit kepala, gejala menyerupai flu, kekakuan, berat badan menurun, gangguan
b
atuk, dispnea, faringitis, alopesia, depresi. Interaksi Obat : Zidovudine, Stavudine. Dosis :
R
ibavirin dengan Interferon α-2b Interferon α-2b : 3 x 106 unit
< 75 kg, Ribavirin 400 mg pagi
> 75 kg, Ribavirin 600 mg pagi dan sore hari Ribavirin dengan Peginterferon α-2a Peginterfero
berdasarkan berat badan dan genotip HCV
Genotip 1, < 75 kg, 400 mg pagi dan 600 mg malam hari. >75 kg, 600 mg pagi dan malam ha
Genotip 2 dan 3,
Ribavirin dengan Peginterferon α-2b Peginterferon α-2b : 1,5 μg/kg SC 1 x seminggu dan Ribavirin berdasarkan berat badan : < 65 kg, SC Peginterferon α-2b 100 μg 1 x seminggu, oral Ribavirin 400 mg pagi dan malam hari. 65-80 kg, SC Peginterferon
mg pagi dan
>80-85 kg, SC Peginterferon α-2b 150 μg 1 x seminggu, oral Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg malam hari. > 85 kg, SC Peginterferon α-2b 150 μg 1 x seminggu, oral Ribavirin 600 mg pagi dan 600 mg malam hari. Penatalaksanaan : • Ribavirin tidak efektif jika digunakan tunggal. • Ribavirin dengan Peginterferon α untuk infeksi genotip 1.
• Ribavirin dengan Peginterferon α atau Ribavirin dengan Interferon α untuk infeksi genotip 2 dan 3.
• Peginterferon
• Terapi untuk infeksi 1 dan 4 selama 48 minggu. • Terapi untuk infeksi 2 dan 3 selama 24 minggu. komplikasi sirosis hati
Dosis
hari Keuntungan Efek
100-600 mg Antagonis aldosteron Slow diuresis Hiperkalemia, ginekomastia,
agranulositosis.
40-160 mg Diuresis cepat. Rasa tida
hip
penglihatan kabur, pusing dehidrasi. Hipo k 1-4 mg Diuresis cepat. Nefroto
hiponatraemia
Sebagai agen hemat Hiperkalemia,
Kalium atau diuresis hypochlorae
lemah, digunakan jika kontraidik
ndikasi terhadap Spironolactone sakit kepala, nausea, muntah, konstipasi, impotensi, diare, anoreksia,
Dosis awal 5 mg Berfungsi dalam induksi diuresis dalamHyponatraemia atau hipokalemia
resistensi Tabel 2 Obat-Obat Untu
2. Ens
Obat Dosis Efek Samping
e
falopati Hati
o
se 15-30 ml per oral 2-4 x sehari Flatulen, rasa tidak enak pada perut,
d
iare, ketidaks dazole 400-800 mg per oral per hari dalam Gangguan GI,
d
osis terbagi rasa kecap loga
Neomycin 2-4 g per oral per hari dala
T
Obat
Dos
kasi Efek Samping
V, 500 m
setiap 4-6
k-anak :
g setiap 6 hari. g setiap 6 50 mg/kg as illin Reaksi alergi, anafiladiare, mual, muntah, nyer
abdomen, superinfeksi
Cefotaxime
asa :IV 1-2
setiap 8-12 g sehari 5-50 mg/kg Hipersensititerhadap
as Pankreatitis, anafilaksis
pen
1x osis Hipersensitivitas terhadenicillin, Pankre
ap p
Obat
a 48 jam atau
pas
s IV selama 48 jam atau lebih jik
pasien re
atau tanpatiap 4-6 jam selama 48 jam.
Vasopressi
glyceryl trinitrate 10 mg 24 jam 20 unit d
15 menit, 0,4 unit per menit infus IV han berhenti selama 12 jam.
bel 5. Obat-Obat Untuk Terapi Perdarahan Esofagu
c. Obat untuk mengatasi Perle
U
Obat-
t tersebu
-sensitizing agent Obat Dosis
ne
one
mg 2-3 x sehari berd
n respon.
Tabel 6 Obat-Obat Ya Termasuk Insulin-Sensitizin
2. Oba
ang dapat menurunkan kbrozil
adar lemak : 600 mg 2 x sehari indikasi emfibrozil.
: mulut kering, sakit kepala, mialg
3. Obat-obat memperbaiki aliran darah
xifylline
Dosis
yang
Pento
tah, sakit kepala, angin
hipersensitivitas, ruam, urtikaria, p
erdarahan, halusinasi.
. Obat untuk Abses Hati Obat
Efek samping Inter
ekacin Dewasa : IM 100 mg/hari
jam
Anak : 6-7,5 mg/kg/hari terbagi dalam 8 jam diberikan selama 7-14 hari namycin Dewasa : 15 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi, maksimum 1,5 g/hari Anak : 15 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
Bayi baru lahir 7,5 mg/kg/ha
in Dewasa
sehari atau 2,5 Anak > 5
ap 8 tau depresi napas, letargi, gangguan penglihatan, hipotensi, ruam, urtikaria
1-2 m
Pusing, vertigo, tinitus, telinga berdengung dan kehilangan pendengaran, Obat ototoksik, nefrotoksineurotoksik, diuretik poten,aneste
ri Ototoksisitas, Diureti
lam 2-3 dosis terbagi nefrotoksisitas
terbagi Infant, anak<10 tahun, IM/IV 22,5 mg/kg 1
x sehari a
dazole Dewasa : 500-750 mg 3 x se5-10 hari
Anak : 35-50 mg/kg/hari dalam dosis ganggu
terbagi selama 10 hari pruritus, angioedema, warfarin le Dewa
3 hari sakit kep
zole Dewasa : 1,5atau terbagi u
Anak : 2-30 mg/kg/hari dosis tu
n Dewasa : hari ke-1 dan ke-2 → 600 mg, hari ke-3 → 300 mg Anak : hari ke-1 dan hari ke-2 → 10 Sakit kepala, gatal, ansietas, jarang aritmia Fenilbutazon yang menyebabka
Tabel 7 Ob
rapi Abses H
lah Terapi Obat
Masalah terapi obat ada
lah hal-hal be
Membutuhkan tambahan tera
Tidak memerlukan terapi orapi obat yang tidak ef
Minum obat yang salah.
Minu
3.
rapi obat tidak aman
dengan dosis terlalu beengalami adverse drug re
sar , alergi, idiosinkr
at dan makanan.
dak taat minum obat.
m
olisme dan ekskresi obat. Su
gsi salah satu orga
n itu perlu dihentikan atau dise
sistemik ataupun karena
(misa
nya albumin). Pada sebagian
sar kasus, obat-lkan : ui bahwa suatu o
tan dapat digunakan menga
erita penyakit hati asa
nderita diawasi lebih lanjut n jika dapa
ra ketat terhadap t dalam serum atau darah dipantau
3. Obat-obat alternatif yang tidak mengalami ekskresi atau metabolisme yang
bermakna dalam hati digunakan sebagai pengg
4. Ob ngan nyakit hati kronik dihindari.
Obat-obat di bawah ini a
dihind dengan penyakit hati kronis :
􀂃 Acetaminophen
􀂃 Amiodarone
􀂃 Chlorpromazine
n dalam pengobatan hepatitis B
ama dan 10 mg
nemia. Monitoring
anti apabila timbulnya pe
tersedia.
at-obatan yang berkaitan de
hendaknya digunakan deari pada pasien-pasien
ngan hati-h
ti atau jika mungkin
􀂃 Dantrolene
􀂃 Ethanol
􀂃
Halothane
􀂃
Isoniazid
􀂃
Methyldopa
􀂃
Nitrofurantoin
􀂃
Oxyphenisatin
􀂃
Propylthiouracil
􀂃
Sulfonamida
Pe
nggunaan Lamivudine sebagai terapi Hepatitis B kronik Pertimbangan khusus yang harus diperhatika
kr
onik adalah :
- Pada pengobatan hepatitis B kronik pada pasien dewasa dengan kerusakan pada fungsi ginjal, dosis dapat dikurangi. Jika creatinine clearance 30-49 ml/menit dosis yang diberikan adalah 100 mg pada hari pertama kemudian50 mg 1 x sehari selanjutnya. Jika creatinine clearance 15-29 ml/menit dosis yang diberikan 100 mg pada hari pertama selanjutnya 25 mg 1 x sehari. Jika creatinine clearance 5-14 ml/menit dosis yang diberikan 35 mg pada hari pertama kemudian 15 mg 1 x sehari. Jika creatinine clearance kurang dari 5 ml/menit dosis yang diberikan 35 mg pada hari pert
se
lanjutnya. - Jika digunakan bersama Zidovudine dapat menimbulkan a
da
n lakukan pemeriksaan darah secara lengkap pada waktu awal pengobatan selanjutnya setiap bulan selama 3 bulan.
-
Jika digunakan bersama Pentamidine secara IV dapat meningkatkan risiko pankreatitis, khususnya pada anak-anak. Monitoring secara teliti dan
ko
mbinasi Lamivudine-Pentamidine.
-
Penggunaan Interferon α sebagai terapi Hepatitis - Dosis Interferon α dikurangi sampai 50% jika terjadi
l
elah yang menggan
m
untah, granulo
5
0.000/mm3).
-
Segera hentikan jika e
t
idur dan mu
a
tau trombosito
-
Pengobatan dapat menyebabkan rasa lelah, mengantuk dan
k
egiatan menge
t
ersebut.
P
enggunaan Ribavirin
-
Pada pasien den
jika jumlah hemoglobin menurun lebih dari 20 g/l selama 4
kurang dari 120 g/l setelah 4 minggu maka hentikan pengobatan. - Pengobatan
H
indari pemakaian kombinasi Ribavirin-Didanosine. - Jika creatinine clearance kurang dari 50 ml/menit maka hindari penggunaan kombinasi Ribavirin dengan Interferon α. Penggunaan Spironolactone sebagai terapi asites - Pengobatan bersama obat yang dapat meningkatkan konsentrasi kalium (misal ACE inhibitor) dapat meningkatkan risiko hiperkalemia. Hindari kombinasinya atau dengan memonitor konsentrasi kalium. - Pada pasie
h
iperkalemia. Hindari penggunaan Spironolactone pada pasien dengan kerusakan ginjal berat.
-
Pada pasien dengan sirosis, Spironolactone dapat memperburuk gagal ginjal, hyperchloreamic metabolic acidosis dan ensefalopati hati. Risiko menjadi lebih besar jika Spironolactone diguna
Penggunaan Antibiotik Penicillin dan Aminog
p
enyakit hati Pada penggunaan antibiotik penicillin dan aminoglikosida pada pengobatan penyakit hati harus diperhatikan kepatuhan dan keteraturan minum obat untuk menghindari bahaya resistensi.
B
AB IV PENCEGAHAN
ng akan dibicarakan adalah hepatitis virus. Penularan hepatitis A dan E melalui al sedangkan pe
nsfusi darah maka usaha pencegahan yang harus dilakukan adalah : cegahan penyebaran dengan : Perbaikan/peningkatan kebersih
m
yang dapat memprotek
an
A dan B.
Vaksin virus hepatitis A yang an dapat memberika proteksi panjang
(20 tahun).
Dapat diberikan bersamaan dengan beberapa vaksin seperti DPT dan
ng
titer 1:100 000 dan Imunoglobulin (Ig) yang
ng
HB adalah 0,06 ml/kg secara intramuskuler.
yi secara rutin dan pada
n, sakit kepala, lelah, demam.
donesia adalah imunisasi hepatitis B yaitu
mur 1
u pada umur 12-18
bulan.
dilemahk
hepatitis B. b. Vaksinasi hepatitis B Untuk pencegahan hepatitis B: imunoglobulin hepatitis B (IgHB) ya
mengandung anti HB dengan
me
ngandung anti HB dengan titer 1:100-1:1000. Dosis ya
di
rekomendasikan untuk Ig
Va
ksin hepatitis B
Pe
mberian vaksin hepatitis B dilakukan pada ba
or
ang dewasa.
Va
ksin yang tersedia dibuat secara DNA rekombinan. Efek samping dari vaksin adalah radang pada tempat suntika
I
munisasi yang diwajibkan di in
pa
da waktu lahir, pada umur 1 bulan, umur 5 bulan dan diulang pada u
tah
un. Sedangkan imunisasi hepatitis A dianjurkan yait
BAB V
orientasi pelayanan farm
adap kepentingan pasien yang dilatarbelakangi oleh perkembangagetahuan dan teknologi di bidang kesehatan serta menguatnya tuntuadap jaminan keselamatan pasien. Orientasi terhadap keppa mengesampingkan produk dikenal dengan konsep Pharmaceutical C
didikan masyarakat; serta adanya tuntutan dari masyarakat akan pelayanan
rmaceutical Care merupakan hal yang mutlak harus diterapkan.
Apoteker memberikan pelayanan kefarmasian yang dibutuhkan pasien sesuai kondisi penyakit. Apoteker membuat komitmen untuk meneruskan pelayanan setelah dimulai secara
re
da
sien m
5.2 Peran Apoteker
Sebagai seorang tenaga profesional, seorang apoteker hendaknya berperan
pemerintah dalam menciptakan masyarakat Indonesia
Upaya ini diwujudkan melalui:
kit-penyakit
ilakukan.
ka edukasi di atas.
- Berpartisipasi dalam upaya pengendalian infeksi di rumah sakit melalui
, kebijakan untuk
ng diracik di instalasi
komendasi tentang penggantian,
hatan yang
tujuan baik invasive maupun non-invasif, serta alat
digunakan di ruang perawatan, ruang tindakan,
n intensif (ICU).
2. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mempercepat
dalam membantu upaya
yang sehat dan mandiri. Apoteker khususnya harus berperan aktif dalam penanganan penyakit-penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka panjang, memiliki prevalensi yang tinggi dan juga membahayakan jiwa. Penyakit hati termasuk penyakit yang cukup banyak diderita masyarakat Indonesia, jenisnya beragam dan membutuhkan penanganan yang berbeda. Peran serta apoteker ini didasari dengan pengetahuan yang dimiliki apoteker tentang patofisiologi penyakit; diet yang harus dijalani; obat-obatan yang diperlukan atau harus dihindari oleh pasien penyakit hati. Peran aktif apoteker di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan upaya pencegahan penyakit hati
- Pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang penya
h
ati; gejala awal, sumber penyakit, cara pencegahan dan pertolongan pertama yang harus d
-
Pembuatan buletin, leaflet, poster, dan iklan layanan masyarakat seputar penyakit liver dalam rang
Komite Pengendali Infeksi dengan memberikan saran tentang pemilihan antiseptik dan desinfektan; menyusun prosedur
me
ncegah terkontaminasinya produk obat ya
fa
rmasi atau apotek; menyusun re
pe
milihan alat-alat kesehatan, injeksi, infus, alat kese
di
gunakan untuk
ke
sehatan balut yang
ma
upun di unit perawata
proses penyembuhan, mencegah bertambah parah atau mencegah kambuhnya penyakit. Hal ini dilakukan dengan cara:
- Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan
pola hidup yang harus dijalani (misalnya: diet rendah lemak
5.3
kit liver.
- Penguasaan farmakoterapi penyakit liver.
n pada pengobatan
- kasi yang baik dalam pemberian konseling
5.4
i?
perubahan
dan garam, tidak minum minuman beralkohol, istirahat yang cukup). - Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan waktu penggunaannya. - Melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan memonitor kemungkinan terjadinya efek samping obat. Kompetensi Apoteker Kompetensi yang diperlukan seorang apoteker untuk dapat memberikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien penyakit liver di antaranya adalah: - Pemahaman patofisiologi penya
- Penguasaan farmakologi obat-obat yang digunaka
pe
nyakit hati.
Memiliki kemampuan komuni
k
epada pasien ataupun ketika berdiskusi dengan tenaga kesehatan lain. - Memiliki keterampilan dalam mencari sumber literatur untuk Pelayanan Informasi Obat penyakit hati.
-
Monitoring terapi pengobatan yang telah dilakukan dan kemungkinan terjadinya efek samping obat.
-
Memiliki kemampuan menginterprestasikan hasil laboratorium. Konseling Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta untuk memantau perkembangan terapi yang dijalani pasien. Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions) yang dapat digunakan oleh apoteker dalam membuka sesi konseling untuk pertama kalinya. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda? 2. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini? 3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat in
P
engajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi pemberian informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu); mencegah pemberian informasi yang bertentangan dengan informasi yang t
d
isampaikan oleh dokter (misalnya menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan) sehingga pasien tidak akan meragukan k
a
poteker; dan juga untuk menggali informasi seluas-luasnya (dengan tipe open ended question).
pertanyaan berikut sesuai dengan situasi dan ko
1. Apa yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan anda? • Persoalan apa yang harus dibantu?

Apa yang harus dilakukan?

Persoalan apa yang menyebabkan and
2
. Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat anda? • Berapa kal

Berapa banyak anda harus menggunakannya? • Berapa lama anda terus menggunakannya?

Apa yang dikatakan dokter bila anda kelewatan satu dosis? • Bagaimana anda harus me

Apa artinya ‘tiga kali sehari’ bagi anda? 3. Apa yang dikatakan dokter ten

Pengaruh apa yang anda harapkan tampak?
• Pengaruh buruk apa yang dik
diwaspadai? • Perhatian apa yang harus anda berikan selama dalam pengobatan ini? • Apa yang dikatakan dokter apabila anda merasa makin parah/buruk? • Bagaimana anda bisa tahu bila obatnya tidak bekerja?
Pa
da akhir konseling perlu dilakukan verifikasi akhir
un
tuk lebih memastikan bahwa hal-hal yang dikonselingkan dipah
pa
sien terutama dalam hal penggunaan obatnya dapat dilakuka
‘sekedar untuk meyakinkan saya supaya tidak ada yang kelupaan, silakan diulangi bagaimana anda menggunakan obat anda’. Salah satu ciri khas konseling adalah lebih dari satu kali pertemuan. Pertemuan-pertemuan selanjutnya dalam konseling dapat dimanfaatkan apoteker dalam memonitoring kondisi pasien. Pemantauan terhadap kondisi pasien dapat dilakukan Apoteke
menebus obat, atau dengan melakukan komunikasi melalui telepon atau internet. Pemantauan kondisi pasien sangat diperlukan untuk menye
do
sis terapi obat yang digunakan. Apoteker harus mendorong pasien untuk
m
elaporkan keluhan ataupun gangguan kes
m
ungkin.
5.
5 Penyuluhan
P
enyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit liver p
d
ilaksanakan secara berkelanjutan mengingat seb
p
enyakit hati adalah karena kurangnya pengetahuan
d
alam melindungi diri mereka terhadap penyakit-penyakit h
P
enyuluhan dapat dilakukan secara langsung
P
enyuluhan langsung dapat dilakukan secara
se
dangkan penyuluhan tidak langsung dapat dilakukan melalui penyampa
p
esan-pesan penting dalam bentuk brosur, leaflet atau tulisan dan
d
alam media cetak atau elektronik.
A
poteker diharapkan dapat memberikan penyuluhan secara personal dengan pasien penyakit liver. Penyuluhan secara
k
epatuhan pasien dalam menjalani pengobatannya. Hendaknya apoteker
m
emastikan bahwa pasien tahu tentang penyakit yang dideritanya, pentingnya
k
epatuhan terhadap diet yang disarankan serta akibat dari ke
kelala
pengertian bahwa penyakit liver, khususnya hepatitis dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti asites, sirosis hati dan kematian apabila tidak ditangani dengan baik. Pasien juga harus diberikan daftar obat-obatan yang tidak boleh diminum, seperti misalnya parasetam
apoteker harus mengingatkan pasien untuk menggunakan obat yang lain (misalnya asetosal) pada saat pasien terserang demam.
Dokumentasi Dalam menjalankan tugasnya, seorang Apoteker hendaknya mendokumentasikan segala kegiatannya ke dalam bentuk dokumentasi yang sewaktu-waktu dapat diakses ataupun ditinjau ulang. Hal ini sebagai bukti otentik pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang dapat digunakan untuk tujuan penelitian maupun verifikasi pelayanan. Dokumentasi juga akan memudahkan tugas Apoteker dalam memberikan pelayanan informasi obat untuk kasus yang sama, Apoteker tidak perlu menelusuri literatur dari awal

1 komentar:

  1. Sungguh mengejutkan bahwa HEPATITIS benar-benar dapat disembuhkan, semua berkat dokter Iyabiye yang membantu menyembuhkan adik laki-laki saya. Suatu hari saudara laki-laki saya pulang dengan keluhan sakit tulang rusuk dan kelelahan kemudian saya membawanya ke rumah sakit keesokan harinya dan didiagnosis hepatitis B kronis, dia diberi beberapa obat untuk memperlambat viral load tetapi menjadi lebih buruk kemudian dengan muntah dan sakit kepala ditambahkan ke Itu. Saya menemukan kontak dokter online saat mempelajari tentang penyakitnya, saya menghubunginya dan dia memberikan obatnya pada saudara laki-laki saya dan dia sembuh seperti dia tidak pernah mengalami penyakit seperti itu setelah perawatan. Dia pergi untuk tes dan hasilnya negatif. Saya datang untuk membicarakannya untuk menyelamatkan seseorang. Kontak dokter: (iyabiyehealinghome@gmail.com) (+ 234-815-857-7300)

    BalasHapus