Sabtu, 30 Juni 2012

MUKOSITIS


MUKOSITIS

            Membran gastrointestinal tersusun atas sel-sel epitelium dengan index mitosis yang tinggi dan laju pergantian yang cepat, membuatnya sebagai reseptor dari kemoterapi-menginduksi toksisitas. Akibat inflamasi, atau mukositis dapat menyebabkan borok yang menyakitkan, infeksi lokal dan tiak bisa makan, minum atau menelan. Gangguan sawar membran gastrointestinal mungkin juga memberikan jalan besar invasi mikroba secara sistemik. Seiring lamanya perkembangan dan resolusi mukositis seringkali sebanding dengan neutropenia. Senyawa yang biasanya paling berperan pada mukositis termasuk 5-FU, doksorubisin, dan methotreksat. Sekarang ini, cara yang paling efektif untuk mencegah mukositis adalah melalui oral secara higienis. Pasien beresiko tinggi terhadap toksisitasnya (misalnya ; pertumbuhan gigi yang buruk, kemoterapi dosis tinggi atau terapi radiasi menyebabkan oropharynx) seharusnya dievaluasi oleh dokter gigi sebelum melakukan kemoterapi dan seharusnya dianjurkan untuk mencuci mulut mereka secara berkala dengan baking soda dan air garam atau larutan garam pada saat dan antara pemakaian kemoterapi. Garis pedoman praktek klinik untuk pencegahan dan penanganan terapi kanker-penyebab mukositis, sekarang ini telah diterbitkan. Keuntungan obat kumur klorheksidin dari larutan garam tidak begitu jelas. Pada pasien yang sedang menjalani terapi radiasi pada daerah kepala dan leher, obat kumur klorheksidin memiliki efek yang merusak mukosa mulut. Bagi pasien yang menerima pengobatan dengan 5-FU, penggunaan es (cryoteraphy oral) dapat menurunkan resiko mukositis dengan mengurangi kontak obat ke mukosa mulut. Pemahaman yang lebih baik mengenai patobiologi mukositis telah berhasil mengidentifikasi senyawa baru yang lebih menjanjikan untuk mencegah mucositis. Keratinocyte growth factors palifermin dan repifermin sedang diperiksa secara klinis untuk pencegahan kemoterapi penyebab mucositis, dan salah satu dari senyawa tersebut (yaitu palifermin) telah disetujui oleh FDA pada bulan Desember2004 untuk digunakan pada pasien yang menerima kemoradioterapi dosis tinggi sebelum transplantasi sel-sel hematopoetik.
            Setelah mukositis berkembang, pengobatan merupakan bantuan yang utama termasuk menggunakan analgetik topikal atau sistemik dan oral hygiene (termasuk obat kumur yang telah dijelaskan sebelumnya). Ciran kental lidokain, larutan difenhidramin dan diklonin merupakan anastesi lokal yang biasa digunakan. Beberapa kasus mukositis mungkin mengakibatkan dehidrasi dan perlu diberikan cairan infus. Infeksi lokal disebabkan oleh spesies Candida dan direaktivasi dari virus Herpes simplex biasa terjadi pada pasien tersebut. Sampel luka harus dikultur, dan diberikan pengobatan antijamur atau antivirus yang tepat. Pengobatan dengan antijamur mungkin diberikan secara topikal untuk infeksi ringan (sariawan) menggunakan Clotrimazole troches atau suspensi oral nistatin. Untuk lebih dari beberapa infeksi jamur pada mulut atau esofagus, pengobatan secara sistemik dengan flukonazole secara oral atau injeksi amfoterisin B secara intravena sangat dianjurkan.
            Kerusakan mukosa dapat terjadi pada suatu daerah di sepanjang saluran gastrointestinal. Pada bagian yang lebih rendah dari saluran gastrointestinal, kerusakan ini sering ditunjukkan sebagai diare dan sakit perut. Bantuan dengan cairan intravena dan elektrolit harus diberikan secara tepat pada beberapa kasus. Setelah penyebab infeksi dimusnahkan, diare dapat diobati secara aman dengan antispasmodik seperti lomotil atau loperamid. Somatostatin yang analog dengan oktreotid juga telah digunakan dengan baik untuk pengobatan beberapa kasus dari kemoterapi –penyebab diare. Pengobatan spesifik pada awal dan akhir diare dari irinotecan disimpulkan dalam tabel 124-13.

ALOPECIA

            Meskipun efek samping dari kemoterapi tidak membahayakan kehidupan, toksisitas pada banyak pasien yang ditemukan paling menyedihkan adalah alopecia. Alopecia karena kemoterapi biasanya bersifat sementara, dan derajat kerontokan rambut sangat bervariasi. Rontoknya rambut tidak terbatas pada bagian kulit kepala, bagian tubuh manapun dapat dipengaruhi. Pasien yang menerima taxane sebagai regimen kemoterapi cenderung menyebabkan kebotakan total pada tubuh. Rambut rontok biasanya dimulai 1-2 minggu setelah kemoterapi, dan pertumbuhan kembali dimulai sebelum pemakaian kemoterapi selesai. Cryoterapi (penggunaan es secara lokal) dan alat pembekuan darah pada kulit kepala, keduanya telah diperiksa sebagai metode pencegah kerontokan. Kedua teknik tersebut menyebabkan vasokonstriksi, sehingga mengecilkan pembukaan folikel rambut terhadap kemoterapi. Cara ini tidaklah sama efektivitasnya dan kontraindikasi bagi pasien kanker yang mungkin terjadi metastasis kulit kepala, seperti leukemia dan lymphoma.

EKSTRAVASASI

            Vesicant adalah senyawa antineoplastik yang mungkin menyebabkan beberapa kerusakan jaringan jika keluar dari sistem pembuluh darah. Senyawa ini termasuk antrasiklin, aktinomisin D, alkaloid Vinca, mitomisin C, gas nitrogen, dan taxane. Antrasiklin adalah senyawa yang paling buruk, dan yang diperiksa paling intensif. Kerusakan jaringan dapat menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, jaringan mengelupas, infeksi dan hilangnya mobilitas. Tindakan yang cepat dan tepat sangatlah penting untuk meminimalisir abnormalitas. Namun sayangnya, informasi terpenting pada pengobatan ekstrvasasi bersifat anekdot, beberapa penelitian pengendalian klinis telah dilakukan untuk menetapkan cara-cara intervensi yang optimal. Oleh karena itu, upaya pencegahan telah menjadi fokus utama dari penanganan ekstravasasi. Cara yang paling penting dari pencegahan adalah teknik pemberian yang baik, tetapi meskipun begitu, ekstravasasi dapat terjadi. Pembuluh darah yang diseleksi untuk pemberian harus pada bagian distal dari lengan. Pembuluh darah yang besar dari lengan bawah sangat diperlukan sebab jika obat diinjeksikan, ada lapisan jaringan lunak yang cukup melindungi struktur penting seperti syaraf dan teendon, dan tidak beresiko terhadap fungsi sendi tulang. Pemberian obat secara periferal harus diberikan secara perlahan melalui injeksi intrvena menuju sisi lengan dari peredaran vena. Seseorang yang memberikan obat harus memeriksa stabilitas jarum suntik dan darah yang cukup kembali setelah masing-masing 1-2 ml obat disuntikkan. Obat-obat jangan diberikan melalui infus intravena kecuali pasien memiliki kateter intravena. Untuk ekstravasasi obat, salah satu intervensi yang paling pentingadalah penggunaan es batu untuk mempengaruhi daerah kulit. Satu pengecualian dari ketentuan ini adalah alkaloid Vinca, dimana lebih baik ditangani dengan penggunaan panas. Hanya beberapa antidotum dari senyawa vesicant digunakan secara klinis. Natrium tiosulfat digunakan untuk menetralisir gas nitrogen pada ekstravasasi, dan hyaluronidase (jika tersedia) dapat meningkatkan hasil setelah ekstravasasi alkaloid Vinca, etoposid, dan taxane. Penggunaan topikal dimetil sulfoksida mungkin cara yang efektif untuk menangani ekstravasasi antrasiklin dan mitomisin C.

INFERTILITAS      

            Kemajuan dari pengobatan beberapa kanker, seperti penyakit Hodgkin dan kanker testikel, menghasilkan waktu yang lama untuk bertahan dan kesempatan untuk memeriksa akibat dari pemberian kemoterapi. Infertilitas dan kanker sekunder timbul sebagai efek akhir yang penting. Toksisitas gonade dari kemoterapi tidak mendapat perhatian pada masa lalu sebab senyawa tersebut tidak berbahaya terhadap kehidupan. Tingginya angka kesuburan menurun dan disfungsi seksual telah diperhatikan bagi pria dan wanita. Pada pria, obat-obat antitumor menunjukkan produksi beberapa oligospermia atau azoospermia yang tidak subur. Kadar serum testosteron jarang sekali berubah. Perbaikan dari spermatogenesis setelah selesai menggunakan kemoterapi tidak dapat diprediksi. Seorang pria yang menerima kombinasi kemoterapi kelihatannya lebih lama menahan efek terakhir yang merugikan kesuburan dari pria yang menerima pengobatan senyaw tunggal. Usia, dosis total, durasi terapi, dan jenis obat merupakan faktor penting lainnya. Pada wanita, efek toksik terhadap ovarium secara klinis mengakibatkan amenorrhea, atropi epitelium vagina, dan simptom menopause. Efek ini berhubungan dengan usia dan dosis. Pasien yang lebih muda, lebih tahan terhadap efek obat pada ovarium. Sama seperti pria, perbaikan fertilitas tidak dapat diprediksi, tetapi wanita yang berusia kurang dari 25 tahun kelihatannya memberikan hasil yang sangat baik. Efek dari senyawa pengalkilasi terhadap tingkat kesuburan telh dipelajari secara luas. Kelompok obat ini sangat tidak baik dan terus menerus memberikan efek yang merusak fungsi organ reproduksi. Sedikit diketahui tentang senyawa yang lazim digunakan seperti doksorubisin, taxane, dan senyawa platina. Pasien dengan potensi terkena tumor yang menginginkan memiliki anak ke depannya harus diberitahu tentang resiko kemandulan dan dapat memilih menyimpan sperma atau sel telur.



PENYAKIT SEKUNDER

            Kanker sekunder disebabkan oleh kemoterapi dan radiasi yang merupakan komplikasi lama yang serius. Meskipun banyak jenis tumor solid telah dilaporkan sebagai penyakit yang disebabkan kemoterapi, acute nonlymphocytic leukemia (ANLL) dan myelodysplastic syndrome adalah kanker sekunder yang paling umum. ANLL atau myelodysplastic syndrome telah dilaporkan mengikuti keberhasilan pengobatan Hodgkin’s lymphoma, leukemia akut, non-Hodgkin’s lymphoma, multiple myeloma, kanker payudara, dan kanker ovarium yang parah. Untuk kanker yang dapat disembuhkan secar relatif memiliki resiko yang kecil terjadinya penyakit sekunder adalah jauh lebih baik karena keuntungan dari perjuangan hidup pasien. Walaupun begitu, untuk kanker seperti kanker ovarium, resiko leukemia tidak dapat diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup dari pasien yang menerima kemoterapi. Masalah penyakit sekunder merupakan perhatian khusus pada pasien yng menerima kemoterapi tambahan. Sama seperti komplikasi sekunder dari infertilitas, senyawa antineoplastik yang terutama berkaitan dengan kanker sekunder adalah senyawa pengalkilasi, etoposida, tenoposida, dan antrasiklin juga telah dihubungkan dengan leukemia sekunder. Tumor solid adalah penyakit sekunder yang lebih sering terjadi karena pengobatan dengan radiasi daripada dengan kemoterapi.

KEAMANAN DAN PENANGANAN MASALAH

            Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, obat-obat sitotoksik yang digunakan untuk mengobati kanker adalah bersifat karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik. Maka dari itu, obat-obat ini harus ditangani denga baik untuk mencegah terjadinya paparan yang tidak disengaja oleh ahli pelayanan kesehatan. Semua ahli farmasi, hrus menulis prosedur bagaimana menggunakan obat tersebut dengan aman, dan setap personil harus berpengalaman terhadap prosedur ini. Jalan masuk yang paling sering adalah melalui inhalasi dari obat dalam bentuk aerosol. Setiap individu yang menyiapkan kemoterapi harus bekerja di dalam ruang keamanan biologis kelas II dan memakai baju panjang dan sarung tangan lateks sekali pakai. Baju panjang harus terbuat dari bukan linen. Kain yang rendah permeabilitasnya dengan bagian depan yang lebih keras, lengan panjang, dan kancing elastis yang pas. Metode penghilang tekanan harus digunakan dalam preparasi obat untuk meminimalkan terjadinya pemaparan. Para ahli pelayanan keseatan harus mengambil tindakan pencegahan yang sama untuk menghindari terjadinya pemaparen. Tempat-tempat untuk membersihkan obat-obat yang jatuh harus diletakkan di semua area dalam gedung dimana obat tersebut ditangani. Limbah sitotoksik harus dibuang sebagaimana mestinya, dan pasien harus diberitahukan cara membuang yang baik dari limbah sittoksik dan hasil ekskresi tubuh yang dapat mencemari.

PENCEGAAN KANKER

            Sejak banyak kanker sulit diobati, terutama pada penyakit yang parah, pencegahan kanker menjadi suatu perhatan yang lebih dari penelitian kanker. Bagi beberapa kanker, obat-obat yang sangat efektif untuk mencegah kanker telah diidentifikasi seperti tamoksifen untuk pencegahan kanker payudara. Cara pencegahan dengan senyawa kimia spesifik dibicarakan pada bab penyakit kanker spesifik. Ada juga cara umum yang diketahui untuk mencegah atau mengurangi resiko dari banyak penyakit, termasuk modifikasi faktor-faktor nutrisi, meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi pemaparan zat-zat karsinogenik seperti tembakau atau sinar matahari.

NUTRISI DAN AKTIVITAS FISIK

            Hubungan antara diet dan kanker adalah masalah yang sedang diperiksa secara intensif. Ada bukti yang menunjukkan bahwa satu dari ketiga kematian karena kanker di Amerika Serikat diakibatkan oleh faktor makanan. Meskipun ada kontroversi yang berakhir pada kebenaran makanan yang berperan terhadap pembentukan kanker, beberapa saran yang penting dikembangkan oleh American Cancer Society (Tabel 124-20). Ada bukti yang kuat bahwa peningkatan konsumsi buah-buahan dan sayuran menurunkan resiko dari banyak kanker, khususnya pada saluran gastrointestinal dan saluran pernapasan. Konsumsi makanan berlemak tinggi kelihatannya meningkatkan resiko terkena kanker payudara, kanker kolorektal, dan kanker prostat. Konsumsi rata-rata warga Amerika sekitar 36%-38% dari total kalori sehari-hari adalah lemak. Pengurangan konsumsi lemak hingga < 30% dari total kalori setiap hari menurunkan resiko perkembangan kanker, begitu juga dengan penyakit jantung. Orang yang gemuk memiliki peningkatan resiko terhadap beberapa kanker, termasuk kanker kolorektal, kanker payudara, kanker billiary dan kanker rahim. Hubungan terbalik antara diet serat dan kanker kolon telah mendapat banyak perhatian. Diet makanan warga Amerika secara khusus rendah serat (11g/hari). Konsumsi serat yang tinggi (20-30 g/hari) mungkin menurunkan resiko kanker kolon. Konsumsi alkohol yang tinggi telah menunjukkan peningkatan resiko terhadap banyak penyakit saluran pernapasan atas, terutama pada perokok.
            Obesitas dan aktivitas yang sangat sedikit juga merupakan faktor penting terhadap resiko kanker. Peningkatan aktivitas fisik diketahui menurunkan resiko kanker payudara, kanker kolon, kanker endometrial, dan kanker prostat. Anjuran untuk meningkatkan aktivitas fisik dan menjaga berat badan adalah termasuk dalam garis-garis pokok pencegahan kanker yang dikemukakan oleh American Cancer Society.

Tabel 124-20. Garis-Garis Pedoman American Cancer Society tentang Nutrisi dan Aktivitas Fisik untuk Pencegahan Kanker
Anjuran bagi setiap individu
1. Makanlah berbagai jenis makanan yang menyehatkan, ditekankan pada makanan yang    
    bersumber dari tumbuhan.
·         Makan 5 porsi atau lebih berbagai macam sayuran dan buah-buahan setiap hari.
·         Pilih sejumlah biji-bjian untuk mengolah biji tersebut dan gula
·         Batasi konsumsi daging merah, terutama yang tinggi lemak dan olahlah daging tersebut.
·         Pilih makanan yang membantu memelihara kesehatan berat badan.
2. Bergaya hiduplah dengan aktif secara fisik.
·         Orang dewasa harus beraktivitas sekurang-kurangnya 30 menit atau lebih selama 5 hari atau lebih dalam seminggu, meningkatkan aktivitas selama 45 menit atau lebih dalam 5 hari atau lebih setiap minggunya mungkin meningkatkan ketahanan tubuh terhadap resiko kanker payudara dan kanker kolon.
3. Menjaga berat badan selama hidup
·         Banyaknya pemasukan kalori diimbangi dengan aktivitas fisik.
·         Menurunkan berat badan jika saat ini mengalami kegemukan.
4. Jika Anda meminum minuman beralkohol, batasi penggunaannya.

Anjuran untuk kegiatan masyarakat
Masyarakat umum, pribadi, dan organisasi masyarakat harus bekerja untuk menciptakan lingkungan sosial dan fisik yang mendukung penggunaan dan pemeliharaan nutrisi yang sehat dan  kebiasaan berolahraga.
·         Tingkatkan akses makanan sehat di sekolah, tempat kerja dan masyarakat.
·         Ciptakan keamanan, kenyamanan dan lingkungan yang sesuai untuk berolahraga di sekolah dan untuk transportasi serta rekreasi di masyarakat.


TEMBAKAU           

            Sisa asap rokok adalah yang paling dicegah, penyebab kematian bayi prematur da Amerika Serikat. Lebih dari 400.000 kematian per tahun dan 30% dari semua kanker di Amerika Serikat disebabkan karena merokok. Untuk banyak jenis kanker, etiologi yang mendasari tidak diketahui. Satu pengecualian yaitu kanker paru-pru didiagnosa pada perokok. Asap tembakau juga relatif meningkatkan resiko terhadap perkembangan banyak jenis kanker lainnya, termasuk kanker mulut, kanker pharynx, lanler larynx, kanker kerongkongan, dan kanker kandung kemih. Pernapasan pasif dari sisa tembakau dan asap rokok menunjukkan faktor resiko yang signifikan terhadap kanker paru-paru pada masyarakat yang bukan perokok. Menghisap sedikit tembakau berkaitan dengan perkembangan kanker mulut. Hindari dari mengunyah dan menghisap tembakau dipercaya merupakan faktor utama dalam pencegahan penyakit ini.




PAPARAN SINAR MATAHARI

            Hubungan antara paparan sinar matahari dengan neoplasma kulit juga telah dibuktikan dengan jelas. Timbulnya kanker kulit nonmelanomatous dan melanoma terus meningkat dalam 10 tahun terakhir, sebanding dengan peningkatan masyarakat yang suka berjemur di bawah sinar matahari. Pada periode waktu yang sama, perlindungan dari paparan sinar ultraviolet secara normal diberikan oleh lapisan ozon. Kulit yang terbakar sinar matahari memiiki resiko yang tinggi. Melanoma dan kanker kulit dapat dicegah dangan mengurangi paparan sinar matahari dan dengan menggunakan tabir surya dan sunblock pada kulit yang terkena sinar matahari ( SPF 15 atau lebih ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar